Selasa, 04 Desember 2012

Geografi Budaya


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tanah toraja meruapakan salah satu daerah tujuan wisatawan yang terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Tana Toraja merupakan salah satu daya tarik wisata Indonesia, dihuni oleh Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Seperti halnya pada tempat-tempat tujuan wisata lainnya, objek wisata tanah toraja ini memiliki keindahan dan kekhasan tersendiri yang dapat menarik minat para wisatawan lokal dan wisatawan asing. Kekhasan daerah tanah toraja ini sangat menonjol dari beberapa beberapa warisan budayanya yang berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Selain itu tanah toraja ini juga dilengkapi dengan beberapa industri dan pariwisatanya.
Berdasarkan dari hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan kegiatan praktek lapangan mata kuliah Geografi Budaya dan mata kuliah Geografi Industri dan Pariwisata sebagai sebagai salah satu mata kuliah wajib yang ada di jurusan geografi. Kegiatan praktek lapangan dilakukan sebagai penunjang atau pelengkap dari konsep-konsep geogafi budaya dan industri pariwisata yang didapatkan melalui kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Objek wisata tanah toraja ini dipilih sebagai lokasi praktek lapang karena lokasi inilah yang dianggap paling tepat untuk mengkaji berbagai kegiatan kebudayaan masyarakatnya, dan juga kegiatan industri pariwisata. Dengan adanya kegiatan paktek lapangan ini, maka kita akan dapat langsung mencocokkan konsep-konsep kebudayaan tanah toraja yang selama ini diketahui dengan apa yang didapatkan dilapangan.
Dalam kegiatan paktek lapangan ini akan diketahui bagaimana kegiatan kebudayaan masyarakat tanah toraja, sejauh mana kebudayaan tersebut mempengaruhi cara hidup masyarakat toraja.  Namun, selain itu kegiatan praktek lapangan ini tidak akan lepas dari keinginan bagi mahasiswa untuk menikmati keindahan-keindahan yang didapatkan didaerah tanah toraja.
B.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum lapngan ini adalah sebagai berikut :
a.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kelestarian budaya megalitik di daerah Kabupaten Turaja Utara
b.      Mahasiswa mampu memahami sejarah dan latar belakang budaya daerah Tana Toraj
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan intruksional khusus dari praktikum lapang ini adalah agar:
a.       Mahasiswa mengetahui dan mampu menganalisis konsep-konsep budaya di Toraja Utara
b.      Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam prosesi adat dan tempat-tempat yang terkenal di masyarakat Toraja Utara yang utama.
c.       Mahasiswa mampu mengetahui usaha-usaha masyarakat Toraja Utara dalam melestarikan kebudayaannya hingga saat ini.
A.    Lokasi Pertama (Pasar Bolu)
Pasar hewan Bolu, di Rantepao ini, barangkali contoh menarik di Toraja Utara.Pasar hewan ini berlangsung setiap 6 hari sekali dan mayoritas hewan yang diperdagangkan adalah kerbau dan babi.  Kerbau, hewan yang diperjual-belikan di sini, bukan semata untuk dikonsumsi dagingnya. Namun 90 persen kerbau di pasar hewan ini semata-mata dibeli dan dijadikan hewan kurban dalam pelaksanaan upacara kematian. Biasanya saat-saat menjelang pelaksanaan upacara, 300 ekor kerbau setiap harinya terjual di pasar ini
kerbau-kerbau yang dijadikan hewan kurban adalah kerbau belang, atau tedong bonga, yang dalam upacara kematian di Toraja Utara kerap dikorbankan.
Kerbau jenis ini tergolong langka, dan bahkan kerbau belang ini hanya ada di
Toraja. Di luar Toraja, kerbau jenis ini sulit berkembang biak dan bertahan
hidup. Harga kerbau yang diperjual belikan di pasar ini beraneka ragam tergantung dari jenisnya, harganya berkisar antara 30- 50 juta untuk kerbau hitam/kerbau biasa dan meningkat hingga 100-300 juta untuk jenis tedong belang.
Selain kerbau, di pasar tersebut penduduk juga memperdagangkan babi, baik babi hutan maupun babi putih dari luar Toraja Utara. Babi hutan lebih banyak diminati pembeli yang berkunjung di pasar bolu tersebut, alasannya karena babi hutan tersebut rasanya lebih enak. Harga babi juga beraneka ragam sesuai dengan bobot babi itu, berkisar antara 10-30 juta rupiah.
 
   Lokasi Kedua ( Tongkonan Pallawa) 
Pada lokasi ini, dapat dilihat jajaran rumah tongkonan yang berhadapan dengan jajaran lumbung padi (alang sura’). Bagi masyarakat toraja, tongkonan dianggap sebagai pusat kehidupan yang menggambarkan semua aktivitas hidup manusia. Di dinding tongkonan, terdapat ukiran-ukiran yang dipahat dengan warna dasar kuning, putih, merah dan hitam yang menggambarkan kehidupan, kesucian, dan kematian.
Hal ini juga tergambar pada arah rumah tongkonan yang menghadap ke utara dengan maksud yakni agar tongkonan tersebut menghadap kea rah datangnya sumber kehidupan yang baik. Nilai inilah yang tergambar dari rumah tongkonan yang ada di kompleks rumah tongkonan pallawa.
Model rumah adat Tongkonan dengan segala aturannya mengikuti model tersebut. Dalam kegiatan upacara, tongkonan menjadi pusat lintang timur-barat, utara-selatan. Upacara Rambu Tuka’ diselenggarakan di sebelah timur tongkonan pada waktu matahari mulai naik, sedangkan Rambu Solo’ diselenggarakan di sebelah barat pada waktu matahari mulai terbenam. Upacara penyembahan kepada Puang Matua dilakukan di depan rumah (utara).
Lokasi Ketiga (Batu Tumonga)
Batu tumonga merupakan salah satu objek wisata yang sangat menarik di toraja utara. Letaknya berada utara kota Rantepao dan berada di daerah ketinggian yang hanya mampu dijangkau oleh mobil berukuran kecil dengan waktu sekitar 2 jam. Dari lokasi ini , kita mampu melihat kota rantepao dengan jelas secara keseluruhan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi ini, dapat disimpulkan kondisi geomorfologi kota rantepao yang berbukit dan bergelombang dan tersusun oleh formasi batuan beku pegunungan latimojong dan sebagian kecil daerah karst. Pola permukiman masyarakat di rantepao terlihat menyebar mengikuti daerah yang agak landai. Akibat bentuk morfologi ini pula yang menyebabkan rata-rata masyrakat toraja di rantepao bermata pencaharian sebgai petani dengan pola sengkedan. Lahan pertanian di daerah itu mempunyai pematang yang banyak, petak sawah yang sempit serta bentu sengkedan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng yang bervariasi.
Sepanjang daerah yang dilalui, juga dapat dilihat bongkah- bongkah batuan beku yang berukuran besar. Hal ini juga mempengaruhi pola dan tata cara pemakaman masyarakat di daerah ini. Mayoritas masyarakat menguburkan mayat di dalam bongkah batuan beku yang telah di pahat, hal ini berbeda dengan tata cara pemakaman mayat yang ada di kete’ kesu maupun di londa. Hal ini menunjukkan pengaruh timbal balik antara lingkungan alam dan kehidupan social penduduk di daerah batu tumonga ini.
    Lokasi Keempat (Kete’ Kesu)
Kete’Kesu terletak di sebelah selatan kota Rantepao, Ibukota Kabupaten Toraja Utara. Kete’Kesu adalah salah satu tujuan wisata paling populer di Toraja. Kete’Kesu berarti ‘pusat kegiatan‘. Sebutan itu sesuai dengan apa yang bisa ditemui di sana, yaitu adanya perkampungan, tempat kerajinan ukiran, dan kuburan. Pusat kegiatan adalah deretan rumah adat tongkonan yang berasosiasi dengan lumbung padi di bagian depannya (alang ) serta adanya lapangan upacara rambu solok‘.
Di Kete‘ Kesu juga terdapat pengukir-pengukir yang handal membuat ukiran untuk rumah adat, hiasan dinding, souvenir, dan tau-tau (patung untuk menghormati orang meninggal yang dikuburkan). Di Kete‘ Kesu juga terdapat dua jenis kuburan, yaitu kuburan di bukit batu dan kuburan yang berupa bangunan. Kuburan di bukit batu ini sudah sangat tua. Tumpukan ‘erong‘ (peti mati) sudah banyak yang lapuk, dan tulang-tulang berserakan di alam terbuka.
Keistimewaan Kete‘ Kesu adalah bangunannya yang benar-benar masih asli, ditandai dengan atapnya yang terbuat dari anyaman daun. Pada bangunan-bangunan tradisional yang baru, banyak digunakan atap seng sebagai pengganti anyaman daun. Di Kete‘ Kesu juga terdapat semua unsur penting dalam budaya masyarakat Toraja, yaitu tongkonan (rumah), alang (lumbung padi), kuburan, dan tempat pembuatan kerajinan ukiran.
A.    Lokasi Kelima ( Londa)
Londa merupakan lokasi pemakaman yang terkenal sebagai objek wisata di Toraja. Pemakaman ini berupa bukit dan gua kapur (karst). Peti mayat ( erong) yang berisi jenazah di masukkan di dalam gua atau dipahat dan digantung di dinding bukit karst tersebut. Penempatan erong di onjek londa hamper sama dengan dilokasi kete’ kesu. Orang yang mempunyai starata social yang tinggi akan diletakkan di bagian atas dengan erong yang telah dipahat, sdangkan rakyat biasa hanya diletakkan di lantai gua.
Di tempat ini juga dapat kita lihat Tau-tau ( patung orang yang telah meninggal) dari satu rumpun keluarga yang mempunyai starata social yang tinggi. Tau-tau tersebut seakan menyambut kita, karena terpajang di bagian depan dari gua londa tersebut. Selain itu, di tempat ini juga terdapat sisa jenazah sepasang kekasih yang konon bunuh diri bersama karena cinta mereka tidak direstui oleh kedua orang tua mereka.
i objek wisata ini, para pengunjung ditawarkan jasa penerangan untuk masuk melihat-lihat di dalam gua, serta dimanjakan oleh keindahan pernak-pernik khas toraja yang dijual di took souvenir di daerah tersebut.